Menurut kisah turun temurun, nenek moyang marga Girsang lahir dari
sebuah keluarga yang sangat sederhana di Lehu. Karena begitu susah
mencari makanan, orangtuanya sering meninggalkan dia di bawah sebuah
pohon buluh botung, tapi saat itu setiap kali si Ibu datang mau memberi
menyusui anaknya selalu ada mendahuluinya seekor Ursa (rusa) yang
menyusui anak tersebut , hingga anak tersebut tumbuh besar & dewasa,
itu jugalah alasannya sehingga marga Girsang tidak boleh memakan daging
Ursa-Belkih (rusa).
Setelah anak itu tumbuh besar dia pergi merantau, karena begitu luas
daerah yang ia jalani sampai ia mempunyai 16 orang isteri yang berasal
dari berbagai rantau. Suatu hari dia pergi merantau ke negeri Timur -
tanah Simalungun (wilayah ini kini disebut Girsang Sipangan Bolon,
karena kepintaran dan kekuatanya akhirnya seorang Raja marga Sinaga
mengaguminya, ia dijamu panganan yang mewah sekelas raja, sampai
akhirnya Raja tersebut menikahkan dia dengan Putrinya. Marga Girsang ini
mempunyai kegemaran berburu sehingga dia disebut juga dengan julukan
Parultop Ultop.
Tapi suatu hari tibalah saatnya pembagian tanah di desa tersebut,
namu dia tidak menerima bagian yang diberikan oleh raja tersebut.
Tolakanya bukan berarti dia tidak butuh bagian tersebut tapi karena
kelicikanya dan ia mempunyai tujuan tertentu. Saat itu dia hanya meminta
bagian tempat menanam Labu, dengan perjanjian setiap tanah yang
dijalari oleh labunya itu menjadi tanah miliknya. Karena kepolosan
masyarakat & Raja tersebut hingga beranggapan bahwa labu tersebut
tidak akan bisa menjalar luas akhirnya mereka menyetujui perjanjian itu.
Setelah itu diapun menanam Labu tersebut, setiap akar dari labu
tersebut dia beri baja (sejenis pupuk), sehingga labu tersebut tumbuh
subur dan meluas bahkan tanah di desa tersebut sudah menjadi miliknya.
Akhirnya Raja pun mengambil keputusan untuk membagi ulang tanah
tersebut.
Dia mempunyai 3 orang anak, namun untuk membesarkan anak tersebut dia
harus menyembunyikannya di tempat yang aman, karena Raja menganggap
bahwa anak-anak Girsang memiliki kelicikan seperti ayahnya; Girsang
mengkhawatirkan jika Raja tidak suka kepada anak-anaknya. Saat kelahiran
anak pertamanya dia harus membohongi raja dengan menyembelih seekor
anjing dan menunjukkan darah anjing itu kepada raja bahwa dia telah
membunuh anak tersebut. Setelah anak-anaknya besar anak tersebut pergi
merantau. Anak-anaknya inilah yang menyebar menjadi marga Girsang.
Sehingga jika di tanah karo (Tarigan Gersang), Dairi (Gersang),
Simalungun (Girsang).
Yang pergi ke tanah karo tersebut juga kegemarannya adalah berburu.
Suatu saat dia pergi berburu ke sebuah hutan dan dia membawa banyak
anjik pemburu binatang. Di hutan tersebut dia menemukan 2 (dua) jenis
jamur, yaitu satu yang berwarna putih dan satu lagu berwarna Merah.
Awalnya dia tidak mengetahui jamur itu mempunyai keajaiban, saat itu
anjingnya menyentuh jamur yang berwarna merah dan setiap anjing yang
menyentuh jamur yang berwarna merah anjing tersebut akan pingsan dan
setiap anjing yang tersentuh oleh jamur merah maka anjing tersebut akan
sadar kembali. Dari situlah dia mengetahui bahwa jamur tersebut
mempunyai fungsi yaitu satu sebagai racun dan satu lagi sebagai obat.
sejak saat itu dia juga menjalani banyak daerah sehingga dia di beri
julukan Pagar Dawan. Nama pagar Dawan sampai saat ini juga sudah menjadi
rurun marga Tarigan Gersang.
Saat itu dia dinikahkan oleh marga ginting yaitu tepatnya daerah
juhar, dia dinikahkan juga karena kepintarannya menyembuhkan segala
penyakit di daerah itu. Dan dia mempunyai 1 satu orang anak salah
satunya adalah yang di sebut NINI PENAWAR dan anak tersebut mempunyai
keahlian yaitu pintar mengobati seperti orangtuanya. Keturunan dari NINI
PENAWAR ini adalah Tarigan SIMPANG PAYONG.
sumber : wikipedia~