Sabtu, 28 Juni 2014

Silsilah Marga Munthe part 3

Munthe memang benar asalnya dari toba. Dan memang anak dari raja naiambaton. Dan sepengetahuan saya (mungkin salah) yang saya dengar dari keterangan para opung saya mengatakan kalau raja naiambaton itu anaknya Cuma 4 yakni Simbolon Tua, Saragi Tua, nahampun tua dan Munthe Tua dan tamba tua itu merupakan anak dari munthe tua. Itu yang saya tahu dari munthe dan raja naiambaton.
Dan saya coba memberi ulasan mengenai munthe tongging dan sejarahnya (ini juga sepengetahuan saya atas keterangan dari opung saya)
Munthe tua memiliki anak 2 dan namanya tamba tua dan munthe. Munthe anak dari munthe tua ini pergi merantau ke daerah pak-pak dan memiliki anak 2 yakni munthe dan tumanggor. Munthe yang ke pakpak ini tetap membawakan nama oppungnya yaitu munthe dengan alasannya agar dia setiap orang tahu kalau dia merupakan anak dari munthe tua. Dan di pakpak, keberadaan munthe ini tidak diterima masyarakatnya dan ingin di bunuh dengan alasan dia membawa sial bagi masyarakat disitu dan pendapat itu di sampaikan oleh enam orang datu bolon(besar) di kampung itu padahal sebenarnya karena datu yang enam itu tahu kalau munthe itu memiliki ilmu turunan dari oppungnya yang melebihi ilmu ke enam datu itu. Dan seorang datu tidak setuju kalau munthe itu di bunuh jadi dia membawa lari munthe itu ke daerah ajinembah (tanah karo) melewati dolok sibuatan dan menetap di ajinembah. Selama di ajinembah munthe ini memiliki anak 3 yakni, munthe sintua (munthe paling tua), munthe sintengah (munthe anak ke dua/ anak tengah), dan munthe sinjahei (munthe bungsu/paling muda). Dan munthe sintua ini merantau ke daerah tongging yang merupakan tanah kekuasaan silahisabungan dan namanya sitolu huta (tongging, paropo, silalahi). Dan munthe ini menikahi putrinya raja silahi sabungan boru sinabutar, karena munthe ini tidak memiliki tanah untuk tempat tinggalnya maka raja silahi sabungan pun memberikan tanah tongging pada munthe dan munthe itupun menetap di daerah tongging dan hingga kini munthe asli tongging tetap menghormati silalahi, dan penyerahan tongging itu pada munthe tidak sembarangan dan sampai kapan pun silalahi tidak bisa lagi mengkalim bahwa tongging itu tanah silalahi karena sampai sekarangpun bukti dari pemberian itu ada yakni oppugn sinabutar (istri munthe) itu dimakamkan dengan posisi berdiri sebagai tanda dari pemberian itu, dan penguburan itu merupakan permintaan dari oppung sinabutar. Sampai sekarang kuburan itu masih tegak berdiri di tongging di tanahnya sianjulu sebagai anak tertua. Dan karena sudah ada tanahnya munthe maka tongging di katakana tanah munthe dan di sebut munthe tongging.
Sejarah ini merupakan pengetahuan dari saya tentang munthe tongging dan sejarah yang saya tuliskan ini belum tentu benar karena saya memaparkan apa yang saya dengar dari oppung saya. Untuk itu bagi siapapun keturunan munthe tongging saya ingin mendapat masukan agar saya mengetahui sejarah munthe tongging yang diakui oleh banyak orang.
Terimakasih….
sumber : wikipedia dan google

Silsilah marga Munthe Part 2

Keunikan marga Munthe sebagai Nama Keluarga ,sangat menantang saya untuk lebih banyak tau. Sehingga disetiap kesempatan saya selalu mencoba untuk mencari tau tentang keunikan tersebut.
Kenapa saya menyebut marga Munthe Unik?

  1. Munthe terdiri dari 2 (dua) penamaan yang sampai sekarang masih tetap teka teki yaitu “MUNTE dan MUNTHE”.
  2. Munte atau Munthe menghuni Puak yang cukup luas di Sumatera Utara seperti Karo, Toba, Simalungun, Pakpak, Angkola, Labuhan Batu, Alas Gayo. Bahkan Populasi Munthe di Eropa cukup Banyak.
  3. Rasa kekerabatan/ persaudaraan Munte/ Munthe bila bertemu sangat tinggi.
  4. Belum jelas dimana sebenarnya tempat Munte Tua atau anak Munte Tua pertama sekali setelah hijrah dari Tamba.
  5. Tidak adanya Tarombo yang jelas tentang Pinompar Munte Tua.

  1. Kenapa ada Munte dan Munthe?
Saya memperoleh cerita ini dari Bapak Alm. J.R. Munthe,
Beliau mengatakan bahwa sebenarnya Raja Naiambaton memiliki salah satu anak yang diberi nama “MUNTE TUA”, bukan “MUNTHE TUA”. Munthe baru dikenal ketika Belanda masuk ditanah batak dan menuliskan marga Munte menjadi Munthe.
Saat Belanda masuk ke Tanah Munte, maka Belanda mewajibkan Raja memungut Pajak kepada Rakyat dan selanjutnya Raja menyerahkannya ke Pemerintahan Hindia Belanda.
Tetapi Raja (tentunya Munte) tidak mau memberi pajak tersebut ke Pemerintah Hindia Belanda dengan alasan bahwa Raja tidak lagi memberi Pajak kepada siapapun. Biarlah saya tidak dianggap Raja oleh Pemerintah Hindia Belanda Kalau saya harus membayar Pajak dan Upeti. Begitu konon bahasa Oppung kita.
Singkat ceritra,Pemerintah Hindia Belanda mengangkat Raja Tongging yang bukan marga Munte tapi marga Manihuruk menjadi Raja yang diakui Pemerintah Hindia Belanda.
Hal yang sama terjadi di Ajinembah, Pemerintah Hindia Belanda mengangkat Ginting Suka menjadi Sibayak, Walaupun secara defacto Munte tetap Raja di Tongging dan Sibayak di Ajinembah, tetapi secara dejure tdk lagi, sehingga di buku besar kerajaan Belanda yang menjadi Raja dan Sibayak adalah mereka yang diakui dan diangkat oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Bukan Munte namanya kalau tunduk begitu saja (barangkali) maka oleh Munte Kuta Bangun mendeklarasikan Sibayak Kuta Bangun (Orang Tua Bapak Letkol Selamat Ginting alias Halilintar/ Kilap Sumagan)
  1. Penyebaran marga Munte
Saya bersyukur kepada Tuhan, bahwa sebagian besar wilayah kediaman marga Munte di Sumatera Utara sudah saya jalani dan tentu saja saya manfaatkan bertanya tentang marga Munte kepada marga munte setempat.
  1. Tamba, komunitas Munte sangat sedikit dibanding marga lain, mengingat Tamba adalah Asal Leluhur Munte. Yang saya dengar di tempat ini Munte pertama sekali Hijrah ke Tongging, Keturunan dari Tongging kemudian tersebar ke berbagai tempat.(Kisah Perseteruan Simbolon dengan Tamba)
  2. Tongging, selain di Tongging Secara umum Keturunannya berada di Sipitu Huta (Pangambatan, Nageri Tongging, Situnggaling, Partibi, Garingging, Nagara, Bandar Tongging).
Ada 2 (dua) versi pendapat tentang asal usul Munte Tongging, sebagian mengatakan dari Tamba dan sebagian lagi mengatakan dari Ajinembah. Mengherankan karena yang berbeda versi masih Komunitas dalam satu garis keturunan yang tegas dan jelas.
Bila pendekatan teori Sosiologi, bahwa Populasi terbesar sebagai yang tertua, maka Munte Ajinembah. lebih Tua dari Munte Tongging. Karena Populasi Munte Ajinembah mulai dari desa Dokan di Kecamatan Merek sampai ke desa Kuta Bangun di Kecamatan Singalorlau (sdh dekat keperbatasan Sumut Aceh) menghuni 3 atau 4 Kecamatan. Sedangkan Munte Tongging Hanya menghuni 1 Kecamatan yakni Kecamatan Merek.
Juga dengan pendekatan Arkeolog, maka Munte Aji Nembah lah yang tertua karena di Ajinembah masih dijumpai situs kebesaran Munte yakni Palas sipitu Ruang.
Fakta yang ada; saat ini tercatat dalam Tarombo Munte Tongging adalah 15 (lima belas) generasi dan Generasi ke 3 salah satu disebut hijrah ke Ajinembah (Konon Ajinembah berasal dari bahasa Tongging yakni; “Sianjae Manobba” artinya kira kira Sianjae membuka hutan buat perladangan/ permukiman).
Bilamana Saudara kita di Ajinembah memiliki Tarombo yang tegas dan jelas, tentu Fakta ini dapat digabung sehingga kekerabatan Munte Ajinembah dan Munte Tongging Dapat Lebih Terang benderang.
  1. Dolok Sanggul, selain di Dolok Sanggul sebaran Munte di Jumpai di desa Pollung, Huta Paung, Pakkat, Parlilitan dan sebagian di Desa Sipitu Huta.
Informasi yang saya peroleh bahwa Munte Dolok Sanggul juga Hijrah langsung dari Tamba bahkan masih Keturunan Raja Naiambaton, Sehingga beberapa Orangtua kita yang saya Tanya menyebut bahwa mereka adalah Munte Naiambaton.
Menarik adalah Kisah Kuda Sipiso Somalim di Daerah ini, yang konon Kuda milik Pangeran setempat. Selain Pangeran sendiri, yang mampu mengendalikan Sipiso Somalim adalah seorang yang marga nya Munte.
Selain itu yang tak kalah Menarik bagi saya; desa Sipitu Huta di dekat Pollung walaupun mayoritas memiliki marga Marbun (Lumban Gaol) persis sama dengan Himpunan desa penyebaran Munte Tongging yakni Sipitu Huta (Pangambatan, Nageri Tongging, Situnggaling, Partibi, Garingging, Nagara, Bandar Tongging).
Analisis saya, Munte ke Dolok Sanggul bukan Raja, barangkali Sisodduk Hela ( Seorang Pria yang tinggal bersama mertuanya).
Ini tentu masih Analisis, Bila Saudara kita di Dolok Sanggul dapat menemukan Tarombo yang melebihi 15 generasi. Kita bisa kombain dengan Munte Tongging.
  1. 4.    Pak Pak; daerah Salak, mereka menyebut bahwa asal mereka dari Munte Dolok Sanggul;  Tanggiring , Tumanggor ,Huta Gambir, Ujung Teran, Tiga Lingga, mereka menyebut asal mereka dari Tongging. Kecuali Tanggiring dan Tumanggor yang tdk lagi mengetahui nama leluhurnya, maka Huta Gambir, Ujung Teran dan Tiga Lingga masih tahu nama Leluhurnya, sehingga masih Nampak garis keturunan nya dari Tarombo Munte Tongging.
  2. 5.    Tapanuli Selatan; Muara Tais, Sigalangan di Kecamatan Batang Angkola, dan Saipar Dolok Hole di Kecamatan SDH.
Munte di Muara Tais dan Sigalangan adalah sama yaitu Delimunte; Menurut cerita salah seorang Orangtua kita kepada saya di Sigalangan, bahwa dulunya Munte di daerah ini hijrah dari Karo ke Muara Tais kemudian menyebar kearah Jalan Raya yakni Sigalangan sampai Padang Sidimpuan. Kisah Horbo Sinanggalutu menjadi Primadona cerita Munte yang hijrah ke Muara Tais. Sehingga ada dua versi penamaan Delimunte; 1. Karena Kakek Moyang kita yang memiliki Tanaman Kacang yang sangat bagus dimana bibitnya dibawa dari tanah leluhurnya. 2. Masyarakat disekitar memanggil Munte Deli karna dianggap Kakek kita adalah Munte yang hijrah dari tanah Deli.
Munte di SDH, sebagian melekat dengan Munte dan sebagian lagi memakai Delimunte, meskipun masih dalam satu garis keturunan yang tegas.
Munte di SDH menyebut bahwa mereka berasal dari Samosir tetapi yang sudah hijrah ke Labuhan Batu.
Sangat disayangkan bahwa Tarombo Munte di Sigalangan sebanyak 7 generasi tdk saya simpan dgn baik, sedangkan Tarombo Munte di SDH memang sama sekali tdk saya peroleh.
  1. Simalungun; Munte di Simalungun sangat sedikit, saya temukan di Seribu Dolok yang berasal dari Mariah Dolok, Informasi Yang saya tau Mariah Dolok adalah wilayahnya marga Purba. Tapi sesungguhnya populasi terbesar Anaknya Munte di Simalungun adalah Saragih Garingging di Desa Hapoltakan Pematang Raya. Saragih Garingging adalah anak Munte dari Garingging (Sipituhuta) yang hijrah ke Raya dan menjadi Raja Raya yang cukup terkenal. Kisah Horbo nanggalutu juga membumbui Ceritra Saragih Garingging. Apakah Leluhur Saragih Garingging dan Delimunte Muara Tais Sigalangan sama?
  2. Labuhan Batu; Gunting Saga, konon munte di daerah ini berasal dari Karo, (Gunting Saga konon berasal dari Ginting Sada) Single fighter kali…..
  3. Alas Gayo; Kutacane; Konon Ada tiga Munte di Alas Gayo yakni Munte, Sikedang dan Mandi. Entah benar atau tidak marga Mandi adalah Munthe yang dibaca Mandi. Tidak ada yang tau darimana asal mereka.
Analisis saya; karena Munte Ajinembah Kuta Bangun yang paling dekat barangkali Munte Alas Gayo berasal dari Karo.
Yang membanggakan bahwa sempat mereka tdk memakai marga, tetapi kemudian kembali memakai marga tersebut kepada semua keturunannya.............

Silsilah Marga Munthe

Tidak kenal maka tidak sayang. Kalimat tersebut merupakan ungkapan klise yang dapat diartikan bahwa apabila kita ingin menyayangi seseorang atau sesuatu, kita perlu mengenal secara mendalam mengenai seseorang atau sesuatu tersebut. Ungkapan tersebut dapat pula kita terapkan untuk menyayangi marga kita, Munthe. Untuk dapat lebih menyayangi marga Munthe maka para pinompar Munthe harus lebih memahami sejarah atau asal usul dari marga kita tersebut.
Membahas masalah asal-usul suatu marga bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan apalagi jika dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki pendidikan formal mengenai sejarah. Hal inipun terjadi dalam membahas asal-usul marga Munthe. Menyadari sulitnya mengetahui asal-usul marga Munthe ini, beberapa utusan Pengurus Marga Munthe dari daerah Tongging telah melakukan pertemuan dengan pihak Universitas Simalungung untuk melakukan penelitian terkait dengan sejarah marga Munthe. Namun demikian, sampai dengan saat ini hasil penelitian tersebut masih belum dipublikasikan.
Walaupun secara ilmilah belum dapat diuji kebenarannya, beberapa pinompar Munthe mempunyai semacam sejarah keluarganya yang diceritakan secara turun temurun. Sejarah/ asal-usul Munthe yang berasal dari cerita turun-menurun inilah yang akan penulis coba untuk publikasikan. Berdasarkan Buku Kenangan Marga Munthe yang diterbitkan bertepatan dengan ulang tahun ketiga Forum Komunikasi Marga Munthe Indonesia (FKMMI), diketahui bahwa pada marga Munthe yang ada di Indonesia terdiri dari 9 (sembilan) puak atau daerah. Masing-masing puak atau daerah tersebut adalah:
1. Marga Munthe dari Puak Tongging-Sipitunihuta
2. Marga Ginting Munthe dari Puak Karo
3. Marga Munthe dari Puak Dolok Sanggul
4. Marga Munthe dari Puak Toba
5. Marga Dalimunthe dari Puak Angkola dan Mandailing
6. Marga Munthe dan Dalimunthe dari Puak Labuan Batu
7. Marga Saragih Munthe dari Puak Simalungung
8. Marga Munthe dari Puak Gayo Lut dan Luwes Alas
9. Marga Munthe dari Puak Dairi
Pada buku tersebut masing-masing Puak telah mempublikasikan asal usulnya. Namun demikian, baru asal-usul dari 4 (empat) puak yang akan dibahas saat ini, yaitu Puak Simalungun, Puak Toba, Puak Dolok Sanggul, dan Puak Angkola-Mandailing. Menurut buku tersebut, marga Munthe dikeempat puak ini merupakan keturunan dari Naiambaton (Tn. Sorbadijulu). Namun uniknya, marga Munthe dari Puak Dolok Sanggul merupakan keturunan dari Anak Naiambaton yang bernama Tamba Tua sedangkan marga Munthe dari Puak Simalungun dan Puak Toba merupakan keturunan dari Anak Naiambaton yang bernama Munthe Tua. Hal lain lain yang perlu diperhatikan adalah menurut sejarah Puak Dolok Sanggul anak dari Naiambaton ada empat orang, yaitu Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua, dan Munthe Tua. Sedangkan menurut sejarak Puak Simalungun dan Puak Toba, selain keempat orang tersebut masih ada satu lagi anak Naiambaton, yaitu Nahampun Tua. Adapun untuk Puak Angkola-Mandailing, walalupun mereka merupakan keturunan dari Anak Naiambaton yang bernama Munthe Tua tetapi sejarah mereka sedikit berbeda dengan Puak Simalungun dan Puak Toba. Menurut sejarah Puak ini, Munthe Tua mempunyai tiga orang anak, yaitu Ompu Sangap Di Langit, Pariuk Binu Durian, dan Baruang Sodoppahon. Kemudian, Baruang Sodoppahon mempunyai anak yang bernama Ompu Jelak Maribur atau Jolak Maribu, yang mempunyai anak bernama Si Udan Potir. Adapun menurut sejarah dari Puak Simalungun dan Puak Toba, Munthe Tua mempunyai dua orang anak yang bernama Ompu Jelak Karo dan Ompu Jelak Maribur. Selanjutnya Ompu Jelak Karo merupakan nenek moyang dari Puak Simalungun dan Ompu Jelak Maribur merupakan nenek moyang dari Puak Toba. Perbedaan-perbedaan sejarah seperti ini sangat sensitif untuk dibahas oleh sebab itu diperlukan adanya data yang akurat, kejernihan pikiran dan kebesaran jiwa dari masing-masing pihak untuk membahas lebih mendalam. Terkait dengan hal ini, penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca yang mudah-mudahan dapat lebih menyempurnakan studi mengenai sejarah marga Munthe.